Monday, August 16, 2021

BENDA-BENDA BERSUCI SELAIN AIR

 


Benda Padat

Benda-benda selain air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah benda yang mampu menyerap air. contohnya adalah kayu, batu, tisu kering,  tanah.Pecahan genting,atau benda-benda lainnya.  Semua benda tersebut harus dalam keadaan bersih.

1.      Bersuci dengan batu

Bersuci dengan batu agar hasilnya bersih dan sekaligus mensucikan maka harus dipenuhi syarat-syaratnya. Cermati syarat-syarat berikut ini!

a.       Menggunakan Tiga Buah Batu

Jika tidak menemukan tiga buah batu, diperbolehkan menggunakan satu batu yang memiliki tiga sisi. Kebersihan menjadi alat ukur penggunaan tiga atau satu batu dengan tiga sisi tersebut. Oleh karena itu, selama kotoran masih menempel wajib membersihkannya kembali, meskipun telah empat batu digunakan.

b.      Batu Yang Digunakan Dapat Membersihkan

Batu yang dipakai tidak terlalu datar dan runcing sehingga benar-benar dapat membersihkan kotoran di sekitar tempat keluarnya.

c.       Belum Mengering

Buang air kecil maupun buang air besar yang hendak disucikan harus dalam keadaan belum mengering, sehingga sisa-sisa yang melekat benar-benar dapat dibersihkan.

d.      Belum Berpindah

Kotoran masih menempel di tempatnya semula dan jika telah bergeser akibat digaruk tanpa sengaja atau sebab lainnya, maka tidak diperbolehkan menggunakan batu untuk mensucikannya.

e.       Tidak Bercampur

Kotoran yang melekat tidak bercampur dengan kotoran lainnya, seperti buang air besar yang terkena percikan buang air kecil. Jika yang bercampur adalah benda-benda padat yang suci seperti kerikil maka tetap diperolehkan menggunatan batu untuk bersuci.

f.        Tidak Meluber

Orang yang terkena diare biasanya, sisa kotoran sampai menempel ke permukaan pantat atau menempel di dua dinding dubur akibat berdiri setelah buang air besar. Kotoran sudah masuk kategori meluber sehingga tidak diperbolehkan menggunakan batu untuk bersuci. Begitu pula buang air kecil yang meluber hingga keluar ujungkemaluan juga boleh lagi menggunakan batu.

g.      Batu Dalam Keadaan Tidak Basah

Batu yang terkena air, embun atau air es yang mencair ketika hendak digunakan. Meskipun air yang membasahinya berupa suci dan mensucikan tidak boleh batu yang basah digunakan bersuci.

h.      Batu Dalam Keadaan Suci

Tidak boleh batu yang terkena najis atau tertempel najis digunakan untuk mensucikan. Penggunaan batu najis akan membuat anggota tubuh yang tertempel buang air kecil maupun buang air besar semakin najis keadaannya.

2.      Menggunakan Benda Padat Selain Batu 

Tahukah kamu, dalam kondisi tidak ada air yang suci dan mensucikan dan batu sebagai alat bersuci maka diperbolehkan mensucikan buang air kecil atau buang air besar dengan menggunakan benda-benda lainnya. Dengan tujuan mewujudkan kemashlahatan, hukum fikih memperbolehkan melakukan analogi (qiyas) yang menghasilkan kesimpulan ada tidaknya pengganti batu sebagai alat bersuci.

Selama belum menemukan air dan batu. Kita juga dapat mengamati untuk menemukan benda-benda lain yaitu :  tisu, ranting dan dedaunan kering yang dapat digunakan untuk bersuci dengan cara mengikuti prosedur di atas.

Hikmah Dalam Penggunaan Alat-Alat Bersuci
1.      Bersuci Dan Menjaga Kelangsungan Hidup Manusia

Tahukah kamu, seringkali secara sadar dan tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya, bersuci dilakukan dengan menggunakan air yang berlebihan. Kita juga sering melihat, kran air di masjid atau mushalla di biarkan terus mengalir dan di tinggalkan begitu saja dan bahkan tutup kran tidak ditutup rapat, sehingga air terus menetes atau merembes. Pernahkah kita mengamati, berapa volume air yang terbuang sia-sia? Bagaimana dampaknya terhadap kelangsungan persediaan air bersih yang mencukupi kebutuhan? Apakah perbuatan menyia-nyiakan air sesuai dengan ketentuan Islam?

”Air bersih adalah sumber kehidupan” Semua makhluk hidup, terutama manusia membutuhkan air dalam volume yang paling banyak dibanding makhluk hidup lainnya. Jika muncul krisis ketersediaan air bersih yang diakibatkan oleh pemborosan penggunaan air, maka manusia adalah makhluk yang paling berdosa dan paling merasakan dampaknya. Sumber-sumber penyediaan air bersih baik dari mata air pegunungan, penyulingan air sungai atau bengawan, dan penyulingan air waduk mengalami penuruan debit yang luar biasa, akibat muslim kemarau.

2. Bersuci Dan Menjaga Kelangsungan Hidup Ekosistem

Mari merubah perilaku kita! Menggunakan air bersih untuk bersuci dengan tidak boros menjadi bagian dari bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Keberlangsungan kehidupan manusia akan terjaga, karena pasokan air bersih digunakan secara tepat. Apalagi, ditengah kondisi keterbatasan sumber-sumber air bersih, karena surut dan mengeringnya mata air, sungai, dan waduk penampungan di berbagai wilayah di Indonesia. Berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air bersih dapat dicegah sejak dini. Resiko kematian banyak manusia pun dapat dihindari, karena kehati-hatian manusia dalam menggunakan air untuk bersuci. Kesimpulannya, menggunakan air secara tepat berarti sama dengan menjaga kelangsungan hidup kita dan masyarakat secara menyeluruh.

Penggunaan air bersih untuk bersuci secara tepat juga memberikan jaminan terhadap kelangsungan ekosistem di sekitar kita. Tumbuhan dan hewan dengan segala jenisnya pasti membutuhkan air untuk menjaga hidupnya. Sama seperti manusia, jika keduanya mengkonsumsi minuman yang tidak sehat juga berpotensi terkena penyakit, termasuk penyakit yang menular. Kondisi ini sangat membahayakan kehidupan, karena keduanya menjadi bagian tak terpisahkan dari manusia. Bagaimanakah jika ternyata manusia mengkonsumsi sayuran dan ikan yang penuh dengan penyakit?

 

No comments:

Post a Comment