Benda Padat
Benda-benda selain air yang dapat
digunakan untuk bersuci adalah benda yang mampu menyerap air. contohnya adalah
kayu, batu, tisu kering, tanah.Pecahan genting,atau
benda-benda lainnya. Semua benda
tersebut harus dalam keadaan bersih.
1. Bersuci dengan batu
Bersuci dengan
batu agar hasilnya bersih dan sekaligus mensucikan maka harus dipenuhi syarat-syaratnya.
Cermati syarat-syarat berikut ini!
a.
Menggunakan Tiga Buah Batu
Jika tidak menemukan tiga buah batu, diperbolehkan
menggunakan satu batu yang memiliki tiga sisi. Kebersihan menjadi alat ukur
penggunaan tiga atau satu batu dengan tiga sisi tersebut. Oleh karena itu,
selama kotoran masih menempel wajib membersihkannya kembali, meskipun telah
empat batu digunakan.
b.
Batu Yang Digunakan Dapat
Membersihkan
Batu yang dipakai tidak terlalu datar dan runcing
sehingga benar-benar dapat membersihkan kotoran di sekitar tempat keluarnya.
c.
Belum Mengering
Buang air kecil maupun buang air besar yang hendak
disucikan harus dalam keadaan belum mengering, sehingga sisa-sisa yang melekat
benar-benar dapat dibersihkan.
d.
Belum Berpindah
Kotoran masih menempel di tempatnya semula dan jika
telah bergeser akibat digaruk tanpa sengaja atau sebab lainnya, maka tidak
diperbolehkan menggunakan batu untuk mensucikannya.
e.
Tidak Bercampur
Kotoran yang melekat tidak bercampur dengan kotoran
lainnya, seperti buang air besar yang terkena percikan buang air kecil. Jika
yang bercampur adalah benda-benda padat yang suci seperti kerikil maka tetap
diperolehkan menggunatan batu untuk bersuci.
f.
Tidak Meluber
Orang yang terkena diare biasanya, sisa kotoran sampai
menempel ke permukaan pantat atau menempel di dua dinding dubur akibat berdiri
setelah buang air besar. Kotoran sudah masuk kategori meluber sehingga tidak
diperbolehkan menggunakan batu untuk bersuci. Begitu pula buang air kecil yang
meluber hingga keluar ujungkemaluan juga boleh lagi menggunakan batu.
g.
Batu Dalam Keadaan Tidak
Basah
Batu yang terkena air, embun atau air es yang mencair
ketika hendak digunakan. Meskipun air yang membasahinya berupa suci dan
mensucikan tidak boleh batu yang basah digunakan bersuci.
h.
Batu Dalam Keadaan Suci
Tidak boleh batu yang terkena najis atau tertempel
najis digunakan untuk mensucikan. Penggunaan batu najis akan membuat anggota
tubuh yang tertempel buang air kecil maupun buang air besar semakin najis
keadaannya.
2. Menggunakan Benda Padat Selain Batu
Tahukah kamu,
dalam kondisi tidak ada air yang suci dan mensucikan dan batu sebagai alat
bersuci maka diperbolehkan mensucikan buang air kecil atau buang air besar dengan
menggunakan benda-benda lainnya. Dengan tujuan mewujudkan kemashlahatan, hukum
fikih memperbolehkan melakukan analogi (qiyas) yang menghasilkan kesimpulan ada
tidaknya pengganti batu sebagai alat bersuci.
Selama belum
menemukan air dan batu. Kita juga dapat mengamati untuk menemukan benda-benda
lain yaitu : tisu, ranting dan dedaunan
kering yang dapat digunakan untuk bersuci dengan cara mengikuti prosedur di
atas.
Hikmah Dalam Penggunaan
Alat-Alat Bersuci
1.
Bersuci Dan Menjaga
Kelangsungan Hidup Manusia
Tahukah kamu,
seringkali secara sadar dan tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya, bersuci
dilakukan dengan menggunakan air yang berlebihan. Kita juga sering melihat,
kran air di masjid atau mushalla di biarkan terus mengalir dan di tinggalkan begitu
saja dan bahkan tutup kran tidak ditutup rapat, sehingga air terus menetes atau
merembes. Pernahkah kita mengamati, berapa volume air yang terbuang sia-sia?
Bagaimana dampaknya terhadap kelangsungan persediaan air bersih yang mencukupi
kebutuhan? Apakah perbuatan menyia-nyiakan air sesuai dengan ketentuan Islam?
”Air bersih adalah sumber kehidupan” Semua makhluk hidup, terutama manusia membutuhkan air dalam volume yang paling banyak dibanding makhluk hidup lainnya. Jika muncul krisis ketersediaan air bersih yang diakibatkan oleh pemborosan penggunaan air, maka manusia adalah makhluk yang paling berdosa dan paling merasakan dampaknya. Sumber-sumber penyediaan air bersih baik dari mata air pegunungan, penyulingan air sungai atau bengawan, dan penyulingan air waduk mengalami penuruan debit yang luar biasa, akibat muslim kemarau.
2. Bersuci Dan Menjaga Kelangsungan Hidup Ekosistem
Mari merubah
perilaku kita! Menggunakan air bersih untuk bersuci dengan tidak boros menjadi
bagian dari bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Keberlangsungan
kehidupan manusia akan terjaga, karena pasokan air bersih digunakan secara
tepat. Apalagi, ditengah kondisi keterbatasan sumber-sumber air bersih, karena surut
dan mengeringnya mata air, sungai, dan waduk penampungan di berbagai wilayah di
Indonesia. Berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air bersih dapat
dicegah sejak dini. Resiko kematian banyak manusia pun dapat dihindari, karena
kehati-hatian manusia dalam menggunakan air untuk bersuci. Kesimpulannya,
menggunakan air secara tepat berarti sama dengan menjaga kelangsungan hidup
kita dan masyarakat secara menyeluruh.
Penggunaan air
bersih untuk bersuci secara tepat juga memberikan jaminan terhadap kelangsungan
ekosistem di sekitar kita. Tumbuhan dan hewan dengan segala jenisnya pasti
membutuhkan air untuk menjaga hidupnya. Sama seperti manusia, jika keduanya
mengkonsumsi minuman yang tidak sehat juga berpotensi terkena penyakit, termasuk
penyakit yang menular. Kondisi ini sangat membahayakan kehidupan, karena keduanya
menjadi bagian tak terpisahkan dari manusia. Bagaimanakah jika ternyata manusia
mengkonsumsi sayuran dan ikan yang penuh dengan penyakit?
No comments:
Post a Comment